Bagaimana kaifiyat salat bagi astronot ?
Jawab
Salat merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh seorang Muslim dalam kondisi apapun termasuk bagi astronot muslim di ruang angkasa, tetap wajib memenuhi rukun dan salat sekemampuan.
ÙÙŽØ¥ÙÙ†Û¡ Ø®ÙÙۡتÙÙ…Û¡ ÙÙŽØ±ÙØ¬ÙŽØ§Ù„ًا Ø£ÙŽÙˆÛ¡ رÙكۡبَانٗاۖ ÙÙŽØ¥ÙØ°ÙŽØ§Ù“ Ø£ÙŽÙ…ÙنتÙÙ…Û¡ ÙÙŽÙ±Ø°Û¡ÙƒÙØ±Ùواْ ٱللَّهَ كَمَا عَلَّمَكÙÙ… مَّا Ù„ÙŽÙ…Û¡ تَكÙونÙواْ تَعۡلَمÙونَ ٢٣٩
Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka shalatlah sambil berjalan atau berkendaraan. Kemudian apabila kamu telah aman, maka sebutlah Allah (shalatlah), sebagaimana Allah telah mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui (al-Baqarah : 239)
Diantara syarat salah salat adalah bersuci dari hadas kecil dan besar serta menghadap qiblat. Adapun bagi astronot, karena termasuk safar, maka boleh tayamum, jika tidak ada air maka wajib tayamum.
يَٰٓأَيّÙهَا ٱلَّذÙينَ ءَامَنÙوٓاْ Ø¥ÙØ°ÙŽØ§ Ù‚ÙمۡتÙÙ…Û¡ Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‰ ٱلصَّلَوٰة٠ÙَٱغۡسÙÙ„Ùواْ ÙˆÙØ¬ÙوهَكÙÙ…Û¡ وَأَيۡدÙÙŠÙŽÙƒÙÙ…Û¡ Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‰ ٱلۡمَرَاÙÙق٠وَٱمۡسَØÙواْ Ø¨ÙØ±ÙØ¡ÙوسÙÙƒÙÙ…Û¡ وَأَرۡجÙÙ„ÙŽÙƒÙÙ…Û¡ Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‰ ٱلۡكَعۡبَيۡنÙÛš ÙˆÙŽØ¥ÙÙ† ÙƒÙنتÙÙ…Û¡ جÙÙ†ÙØ¨Ù—ا ÙَٱطَّهَّرÙواْۚ ÙˆÙŽØ¥ÙÙ† ÙƒÙنتÙÙ… مَّرۡضَىٰٓ Ø£ÙŽÙˆÛ¡ عَلَىٰ سَÙَر٠أَوۡ جَآءَ Ø£ÙŽØÙŽØ¯Ùž مّÙنكÙÙ… مّÙÙ†ÙŽ Ù±Ù„Û¡ØºÙŽØ§Ù“Ø¦ÙØ·Ù Ø£ÙŽÙˆÛ¡ لَٰمَسۡتÙÙ…Ù Ù±Ù„Ù†Ù‘ÙØ³ÙŽØ§Ù“ءَ ÙÙŽÙ„ÙŽÙ…Û¡ ØªÙŽØ¬ÙØ¯Ùواْ مَآءٗ ÙَتَيَمَّمÙواْ صَعÙيدٗا Ø·ÙŽÙŠÙ‘ÙØ¨Ù—ا ÙَٱمۡسَØÙواْ بÙÙˆÙØ¬ÙوهÙÙƒÙÙ…Û¡ وَأَيۡدÙيكÙÙ… مّÙÙ†Û¡Ù‡ÙÛš مَا ÙŠÙØ±Ùيد٠ٱللَّه٠لÙيَجۡعَلَ عَلَيۡكÙÙ… مّÙÙ†Û¡ ØÙŽØ±ÙŽØ¬Ù– وَلَٰكÙÙ† ÙŠÙØ±Ùيد٠لÙÙŠÙØ·ÙŽÙ‡Ù‘ÙØ±ÙŽÙƒÙÙ…Û¡ ÙˆÙŽÙ„ÙÙŠÙØªÙمَّ Ù†ÙØ¹Û¡Ù…َتَهÙÛ¥ عَلَيۡكÙÙ…Û¡ لَعَلَّكÙÙ…Û¡ ØªÙŽØ´Û¡ÙƒÙØ±Ùونَ
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur (al-Maidah : 6)
Diantara syarat salat yang lain adalah meghadap kiblat. Adapun terkait menghadap kiblat, ketika di pesawat misalnya, jika diketahui arah kiblat baik secara pasti atau perkiraan, wajib menghadap kiblat terlebih dahulu, kemudian mengikuti kemana saja arah pesawat menghadap. Jika tidak diketahui arah kiblat, maka boleh menghadap kemanapun sesuai pesawat arah pesawat.
ÙˆÙŽÙ…ÙÙ†Û¡ ØÙŽÙŠÛ¡Ø«Ù خَرَجۡتَ Ùَوَلّ٠وَجۡهَكَ شَطۡرَ Ù±Ù„Û¡Ù…ÙŽØ³Û¡Ø¬ÙØ¯Ù ٱلۡØÙŽØ±ÙŽØ§Ù…ÙÛ– ÙˆÙŽØ¥ÙنَّهÙÛ¥ Ù„ÙŽÙ„Û¡ØÙŽÙ‚Ù‘Ù Ù…ÙÙ† رَّبّÙÙƒÙŽÛ— وَمَا Ù±Ù„Ù„Ù‘ÙŽÙ‡Ù Ø¨ÙØºÙŽÙ°ÙÙل٠عَمَّا تَعۡمَلÙونَ ١٤٩
Dan dari mana saja kamu keluar (datang), maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram, sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu yang hak dari Tuhanmu. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan (al-Baqarah : 149)
أَنَّ رَسÙولَ الله٠صلى الله عليه وسلم كَانَ Ø¥ÙØ°ÙŽØ§ سَاÙَرَ Ùَأَرَادَ أَنْ يَتَطَوَّعَ اسْتَقْبَلَ بÙنَاقَتÙÙ‡Ù Ø§Ù„Ù’Ù‚ÙØ¨Ù’لَةَ Ùَكَبَّرَ ØŒ Ø«Ùمَّ صَلَّى ØÙŽÙŠÙ’ث٠وَجَّهَه٠رÙكَابÙÙ‡Ù
Sesungguhnya Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi wa sallam apabila dalam safar hendak salat sunat, maka beliau menghadap kiblat dengan kendaraannya dan bertakbir, kemudian salat kemana saja kendaraan tersebut menghadap (H.R. Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, 9/2)
ÙˆÙŽÙ„Ùلَّه٠ٱلۡمَشۡرÙÙ‚Ù ÙˆÙŽÙ±Ù„Û¡Ù…ÙŽØºÛ¡Ø±ÙØ¨ÙÛš Ùَأَيۡنَمَا تÙوَلّÙواْ Ùَثَمَّ وَجۡه٠ٱللَّهÙÛš Ø¥Ùنَّ ٱللَّهَ ÙˆÙŽÙ°Ø³ÙØ¹ÙŒ عَلÙيمٞ ١١٥
Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui (al-Baqarah : 115)
Terkait dengan kaifiyat salat, maka tentu diusahakan semampunya melaksanakan kaifiyat dengan memenuhi rukun dan syaratnya diantaranya adalah qiyam atau salat dengan berdiri. Adapun ketika kesulitan untuk salat dengan berdiri, maka boleh salat sambil duduk, jika tidak memungkinkan, maka boleh sambil berbaring.
عَنْ عÙمْرَانَ بْن٠ØÙصَيْن٠رَضÙÙŠÙŽ اللَّه٠عَنْه٠قَالَ كَانَتْ بÙÙŠ بَوَاسÙير٠Ùَسَأَلْت٠النَّبÙيَّ صَلَّى اللَّه٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ عَنْ الصَّلَاة٠Ùَقَالَ صَلّ٠قَائÙمًا ÙÙŽØ¥Ùنْ لَمْ ØªÙŽØ³Ù’ØªÙŽØ·ÙØ¹Ù’ ÙÙŽÙ‚ÙŽØ§Ø¹ÙØ¯Ù‹Ø§ ÙÙŽØ¥Ùنْ لَمْ ØªÙŽØ³Ù’ØªÙŽØ·ÙØ¹Ù’ Ùَعَلَى جَنْبÙ
Dari Imran bin Hushain semoga Allah meridhainya. Aku bertanya kepada Nabi Sallallahu ‘alaihi wa sallam tentang salat. Rasulullah menjawab : salatlah berdiri, jika tidak mampu maka duduklah, jika tidak mampu maka berbaringlah (H.R. Bukhari, Sahih al-Bukhari, 2/48)