Firman Allah ta’ala tersebut menerangkan tentang perang Badar, dan diantaranya Allah mengingatkan mereka akan berbagai macam nikmat. Diantara kenikmatan tersebut adalah adanya rasa kantuk yang menimpa mereka, dengan rasa kantuk ini Allah ta’ala memberikan rasa aman kepada mereka dari ketakutan yang timbul karena banyaknya jumlah musuh dan sedikitnya jumlah mereka (orang yang beriman), ayat ini (QS.8 ayat:11) semakna dengan QS. 3, ayat : 154. Sufyan ats Tsauri berkata dari Ashim, dari Abu Razin, dari ‘Abdullah bin Mas’ud, ia berkata :”Rasa kantuk dalam peperangan adalah rasa aman yang datangnya dari Allah SWT., sedangkan rasa kantuk didalam shalat datangnya dari syaithan”. Qotadah berkata:”kantuk itu berada di kepala, sedangkan tidur berada dihati”.
Dan yang dimksud firmanNya “ wa Yunazzilu minas samaa i....., Allah menurunkan hujan deras kepada mereka, lalu kaum muslimin bisa minum dan bersuci. Dan Allah menghilangkan kotoran-kotoran dari hati mereka, maka dengan keadaan suci tersebut hati mereka menjadi sabar, teguh dan kokoh langkah kaki mereka untuk melawan musuh dan hal ini merupakan kombinasi lahirnya keberanian bathin dan lahir. Sehingga dengan sikap tersebut Allah mewahyukan kepada para malaikan sebagaimana firmanNya “Idz yuuha robbuka ilal malaa ikati........., untuk menolong NabiNya, agamaNya dan golonganNya yang beriman. Dan sikap berbalik terhadap orang-orang musyrik, dalam firmanNya “Sa ulqi fie quluubil ladziena kafaru ar ru’ba”.akan menimpakan rasa ketakutan, kerendahan dan kehinaan kepada siapa saja yang menyelisihi perintah Allah dan mendustakan para Rasul.
Ada beberapa point hikmah yang dapat kita ambil dari ayat-ayat tersebut:
1. Kekuasaan kita dibatasi dengan kuasa Allah ta’ala, sampai untuk kita tidurpun kita tidak berdaya untuk menunaikannya.
2. Bersikap untuk senantiasa memelihara kesucian batin dan lahir, akan mampu mengantarkan kita memahami seutuhnya setiap perintah baik yang langsung ataupun perintah yang tidak langsung.
3. Perintah langsung berupa ibadah-ibadah yang termaktub atau telah dipraktekan oleh Nabi, sedangkan perintah yang tidak langsung berupa perjalanan hidup yang telah ditetapkan oleh Allah kepada kita, yang dituntut untuk bersikap meimani dengan penuh keyakinan an ketawakalan.
4. Bersikap istiqomah didalam keimanan, merupakan sebab pertolongan Allah akan turun kepada yang bersangkutan.
5. Kenistaan, kehianaan dan kesempitan adalah resiko yang akan ditanggung siapa saja yang menentang perintah Allah dan NabiNya.
Wallahu ‘alamu bish shawwab