Menghafal Al-Qur’an : Dari Anak Usia Dini Sampai Ibu Hamil

Menghafal Al-Qur’an : Dari Anak Usia Dini Sampai Ibu Hamil

(Dr. Ir. Hj. R. Renny Pudjiati. M.Ag.)

 

Sejak kapan tahfiz Al-Quran untuk anak usia dini dimulai? Tahfizh Al-Qur’an pertama-tama dilakukan pada zaman turun Al-Qur’an, terutama oleh para penulis Al-Qur’an sendiri.

Berikutnya, seiring dengan penyebaran Al-Qur’an, tahfizh pun mengikutinya. Hafal beberapa surat Al-Qur’an adalah sebuah keharusan, karena ada bacaan Al-Fatihah di setiap rakaat (wajib) dan surat-surat yang dihafal setelah membaca Al-Fatihah.

Pembelajaran Al-Qur’an, dan sekaligus penghafalannya (tahfiz) dapat dilacak sampai abad ketiga hijriyah. Ketika itu, pembelajaran Al-Qur’an dibagi pada empat bagian utama, yakni pembacaan Al-Qur’an yang sesuai dengan tajwid, pembelajaran tahfizh Al-Qur’an, pembelajaran qira’at (cara baca) Al-Qur’an, dan pembelajaran tafsir Al-Qur’an (Rokim, 2020 : 3 – 4)

Dari keempat kategori itu, tampak adanya pelajaran dasar Al-Qur’an yakni baca Al-Qur’an, lalu diikuti dengan tahfiz Al-Qur’an. Keempat kategori itu berkembang, sehingga lahir ahli baca Al-Qur’an, ahli tafsir Al-Qur’an, dan lain-lain.

Anak-anak, dalam bahasa Arab, ada waladun, thiflun, shabiyyun, dan lain-lain. Anak usia dini lebih dekat dengan terjemahan shabiyyun, kalau mengacu pada firman Allah  QS  Maryam : 12. Terjemahan kata shabiyyun (Hidayah, 2017 : 54)  adalah anak usia dini. Al-Qur’an menyebutnya dua kali.

Dalam ayat itu, Allah SWT memerintahkan Yahya (nabi) untuk mempelajari  At-Taurat.  Allah SWT memberinya hikmah (ilmu). Dari ayat ini pula bis a diketahui betapa pentingnya memahami  kitab suci sejak dini (At-Taurat, salah satu kitab yang wajib diimani).

Tahfiz Al-Qur’an tumbuh subur di banyak daerah di Indonesia. Lembaga khusus pendidikan tahfiz banyak berdiri, baik secara khusus untuk tahfiz maupun sebagai bagian dari pendidikan pesantren. Tidak sedikit pesantren  yang unggulannya tahfiz Al-Qur’an.

Tahfiz Al-Qur’an berkembang, bukan saja diikuti oleh orang dewasa, bahkan kemudian diterapkan kepada anak usia dini, dan banyak yang berhasil. Ibu-ibu hamil pun menghafalkan Al-Qur’an selama masa kehamilannya, lalu hafalan Al-Qur’an itu diajarkan dan atau diperdengarkan kepada anaknya yang baru dilahirkannya.

Ajaib, hasil penelitian, ternyata  anak-anak yang diperdengarkan Al-Qur’an sejak dalam kandungan lebih mudah menghafal dari anak-anak yang tidak diperdengarkan Al-Qur ‘an semasa dalam kandungan.

Para penghafal Al-Qur’an di klanganan remaja mendapatkan keistimewaan ketika mau meneruskan jenjang pendidikan. 

Beberapa perguruan tinggi  membuka peluang kuliah untuk para penghafal  Al-Qur’an. (Dari disertasi “Model Manajemen Pendidikan Keluarga Berbasis Tahfiz Al-Qur’an pada Anak Usia Dini di Kota Serang”.2023.

Penelitian  tahfizh Al-Qur’an untuk anak usia dini karena tiga alasan. Pertama, karena penelitian ini penting. Kedua, karena menarik  untuk sebuah penelitian. Ketiga,  Peneliti menyukai dunia tahfizh Al-Qur’an dan dan dunia anak-anak. 

Peneliti menyaksikan sendiri, para orang tua di Kota Serang, Provinsi Banten, sangat memperhatikan tahfizh Al-Qur’an untuk anak-anaknya yang masih usia dini.

Bahkan, peneliti datang sendiri ke sebuah lembaga khusus tahfizh Al-Qur’an untuk anak usia dini. 

Ketertarikan ini jadi tantangan untuk sebuah penelitian  disertasi tentang tahfizh Al-Qur’an. Meskipun bukan yang pertama, penelitian disertasi ini setidak-tidaknya menambah kegunaan teoritis dan kegunaan praktis dalam pembelajaran tahfizh Al-Qur.an.

Peneliti melihat ke lapangan lebih jauh lagi, melakukan wawancara, studi pustaka, dan lain-lain, sampai akhirnya pembelajaran tahfizh Al-Qur’an untuk anak usia dini jadi objek penelitian disertasi.

Peneliti tidak hanya mengamati substansi tahfizh Al-Qur’an, tetapi juga mencoba mengamati cara pengelolaan atau manajemen tahfizh Al-Qur’an untuk anak usia dini da;lam keluarga.

Ternyata unik, tetapi hasilnya cukup memuaskan orang tua. Anak-anak usia dini mereeka sudah mengenal dan bisa menghafal ayat-ayat Al-Qur’an, padahal para orang tua bukan guru atau pendidik. 

Penyelenggaraan pendidikan tahfizh Al-Qur’an itu, mungkin saja didasarkan pada pengalaman para orang tua masing-masing ketika belajar mengaji zaman masih anak-anak.

Mungkin pula para orang tua mempraktikkan tahfizh Al-Qur’an sambil mencari  metode yang tepat untuk anak-anak mereka.

Atau, karena didorong semangat dan tanggung jawab, apa pun mereka lakukan demi dna untuk anak-anak mereka yang dekat dengan kitab suci Al-Qur’an, bekal mereka ketika sudah dewasa.

Editor : Hanif

Postingan Lainnya

Comments (0)

Leave a Comment