"Sebab Agama dan komunis tidak dapat disatukan. Karena antara keduanya bagaikan air dan minyak. Sementara itu kepada rakyat Serang diingatkan agar merapatkan barisan dengan kekuatan iman".
(Ustadz Maryani, Serang,1965)
Dzuriyat Ulama Kesultanan Banten
Ahmad Maryani Ismail (1917-1997) adalah salah seorang ulama kharismatik asal Banten yang sangat berpengaruh pada era 1960-1970 an. Beliau bukan seorang ulama yang hanya memberikan ceramah di masjid - masjid, namun beliau juga seorang pejuang/aktivis pergerakan yang sangat revolusioner dalam menentang kolonialisme dan komunisme di Banten kala itu.
Ki Maryani atau Ustad Maryani atau Ahmar, adalah seorang ulama asal kampung Kebaharan Serang Banten. Beliau lahir pada tanggal 12 Agustus 1917 M. Ayahnya seorang ulama yang cukup terpandang bernama Haji Ismail dan ibunya bernama Hj. Mariyah, putri dari seorang ulama besar di Banten.
Ibu Mariyah memiliki seorang adik bernama Haji Sys, yang berarti adalah paman dari Ustadz Maryani. Paman dan keponakan itu kelak mendirikan Pesantren Persatuan Islam (Persis) Pertama di Banten yang terletak di kampung asal mereka, yaitu kampung Kebaharan yang sekarang masuk dalam wilayah Kota Serang, ibukota Provinsi Banten.
Kampung Kebaharan letaknya tidak jauh dengan kawasan kesultanan Banten. Sekitar dua kilometer jaraknya dan merupakan jalan utama menuju kesultanan. Sampai saat ini, kampung Kebaharan selalu ramai karena banyak dilewati para peziarah dan wisatawan apabila hendak berkunjung ke kawasan kesultanan Banten.
Ki Maryani adalah orang Banten asli, konon menurut keluarganya, masih dzuriyat (keturunan) dan kerabat keluarga Kesultanan Banten. Namun belum diketahui dengan jelas silsilah nasab keluarganya karena fakta sejarah di Banten banyak yang padam obor sejak jaman Belanda menjajah Banten dan Nusantara. Tapi bisa dipastikan hampir 90% orang Banten masih terpaut silsilah dengan keluarga besar kesultanan yang telah menyebar luas.
Sejak Kesultanan Banten dibom pada tahun 1813 dan perlahan kemudian kesultanan dihapus lalu diganti oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda. Namun rakyat Banten yang fanatik agama, kemudian dipimpin oleh para ulama terus melakukan perlawanan baik kepada para penjajah atau pemerintah yang dzalim. Salah satunya adalah ulama kharismatik yaitu Ki Maryani yang selalu berpegang teguh pada prinsip yaitu tuntunan Alquran dan sunnah.
Pada abad ke 20, saat suhu perjuangan dan perlawanan sedang meningkat. Pada masa itu lah kebangkitan kaum pergerakan di Nusantara. Keturunan para ulama dan dzuriyat di Banten kemudian menyebar dan bertransformasi ke berbagai pergerakan organisasi Islam yang banyak bermunculan. Diantaranya NU, Muhammadiyah, Persis, Al Irsyad, Mathla'ul Anwar, dll. mulai memasuki wilayah Banten. Sehingga masyarakat baik rakyat dan dzuriyat mulai menyebar di dalam ormas Islam tersebut. Termasuk Ki Maryani, sang Ustad Muda yang mencita-citakan syari'at Islam yang sesuai tuntunan Al-Qur'an dan As-sunah yang shahih tanpa tercampur takhayul, bida'ah dan churafat (TBC).
Ahli Debat dan Mantiq
Sejak kecil Ki Maryani/ Ustad Ahmar belajar membaca Alqur'an kepada ibunya yang ahli mengaji. Kemudian ia belajar kepada ayahnya dan pamannya. Setelah itu kira-kira usia 10 tahun beliau dipindahkan ke pondok pesantren yang berada di Banten dan juga di luar daerah yaitu di Sukabumi dan Cianjur. Beberapa pesantren di Banten yang menjadi tempat menimba ilmu agama Ki Maryani, diantaranya; pesantren K.H. Jamhari di Kaloran, Pesantren Syeikh Makmun Lontar, Pesantren K.H. Syamsuddin Kasunyatan, Kasemen, Pelamunan, dll.
Ki Maryani sangat tekun belajar. Beliau memiliki minat yang amat besar untuk mempelajari ilmu agama dan ilmu Mantiq (logika). Beliau juga sering berdiskusi dengan rekan-rekannya, para guru dan tokoh-tokoh ulama yang mumpuni. Sehingga timbulah keresahan dalam benaknya melihat kondisi masyarakat Banten pasca runtuhnya kesultanan dan pasca kemerdekaan. Semakin merosot ke alam jahiliah dan keterbelakangan.
Karena kecerdasan dan ketinggian ilmunya. Orang-orang yang bertukar pikiran dengannya hampir tidak bisa membantah argumen-argumennya sehingga beliau dijuluki sebagai ahli debat dan ahli ilmu Mantiq. Kemudian banyak orang yang belajar kepada beliau. Walaupun masih muda beliau sudah menjadi seorang Ustadz muda. Akhirnya beliau memiliki banyak murid. Para muridnya berasal dari Banten maupun dari luar daerah. Selain itu, Ustadz Maryani pun terkenal hingga ke pulau Sumatera (Hariri, Serang, 2022)
Kemudian Ki Maryani menikah dengan Nyai Salhah, seorang putri ulama dan saudagar terpandang yang bernama Haji Usman, tak lain adalah salah seorang guru Ki Maryani. Dari pernikahan mereka memiliki 7 orang anak diantaranya 1. Muhrodi 2. Afandi 3. Mawardi 4. Fuadi 5. Widadi 6. Faijah 7. Aisyah.
Awalnya Ki Maryani menetap di kampung Kebaharan tanah karuhunnya. Tetapi kemudian beliau pindah ke rumah Cimuncang Serang, milik sang mertua. Kepindahan beliau karena diminta sang guru dan beliau pun meneruskan belajar kepadanya.
Ki Maryani adalah seorang Ulama yang bisa dikatakan jenius, kharismatik dan teguh dalam memegang prinsip. Beliau juga memikirkan persoalan-persoalan sosial, politik, ekonomi dll. baik di daerah maupun skala nasional dan internasional. Beliau menggagas pendirian Koperasi di kalangan pemerintah daerah Serang dan akhirnya diangkat sebagai Ketua Baitul Maal (BAZNAS) pertama di Banten oleh Bupati Tb. Saparudin, kepala daerah saat itu pada tahun 1960. Yang juga menjadi muridnya. Ust. Maryani dipercaya mengelola majalah Al-Amanah milik pemerintah.
Ki Maryani atau Ustadz Maryani meskipun mendukung pemerintahan namun beliau terkenal sangat keras menentang kolonialisme dan ideologi komunis. Pada saat itu presiden Soekarno mendengungkan politik NASAKOM (Nasionalisme, Islam, Komunis) namun Ustadz Maryani tidak menyetujui ada paham komunisme yang selalu ingin menjauhkan agama dari kehidupan masyarakat.
Murid-murid Ustadz Maryani setiap hari mulai berdatangan ke rumah Cimuncang. Mereka menimba ilmu dari sang guru dan duduk di halaman rumah beliau yang cukup luas dan sederhana. Hingga masa senjanya Ki Maryani aktif menulis buku dan sering dijadikan acuan referensi oleh para muridnya yang tersebar di berbagai pelosok daerah.
Para muridnya sangat beragam. Mulai dari anak muda, santri, masyarakat, dan kalangan akademisi serta para pejabat. Sehingga tak sedikit para tokoh ulama lokal maupun nasional yang datang bersilaturahmi kepada beliau. Bahkan mereka ingin 'melamar' beliau dan mengajak bergabung dengan organisasi Islam yang saat itu sedang marak di Indonesia pasca era kemerdekaan.
Organisasi masyarakat atau organisasi Islam yang sowan kepada beliau seperti NU, Muhammadiyah, Persis, Mathlaul Anwar, dll. Meminta beliau bergabung untuk mendirikan ormas tersebut di Banten. Hingga pada akhirnya beliau memilih bergabung dengan ormas Persis yang bisa jadi merasa cocok karena beliau ahli ilmu logika/ Mantiq. Persis saat itu memiliki guru besar seorang ahli debat dan ahli mantiq yang melegenda, sosok pembaruan yang revolusioner, seorang ulama pejuang kemerdekaan, yaitu Ustadz Ahmad Hassan Bandung.
Para Ulama Persis waktu itu datang ke Banten, diantaranya, KH. Isa Anshary, Faqih Al Qahiri, Abdul Qadir Hassan. Sedangkan A. Hassan sudah berada di Bangil Surabaya. Namun mereka pernah bertemu saat Ust. Maryani menyekolahkan putranya ke Pesantren Persis Bangil.
Bagi Ustadz Maryani, bergabung dengan gerakan dakwah Islam seperti Persis hanya kendaraan jihad saja. Tujuan sesungguhnya adalah berdakwah menegakkan amar makruf nahi munkar dengan tidak pandang bulu kepada siapa saja. Baik itu rakyat biasa atau penguasa. Islam adalah ajaran yang masuk akal dan logis. Sehingga cara berdakwah pun harus logis. Jauh dari ajaran takhayul, bid'ah dan churafat (TBC). Apabila sudah dijauhkan dari hal demikian maka Islam akan dengan mudah diterima oleh semua kalangan. Namun Islam akan sulit diterima oleh orang yang tidak berakal. Karena Allah SWT. Sering menyebutkan dalam Al Qur'an bahwa ajaran Islam hanya untuk orang-orang yang berfikir dan mengimani tauhid kepada Allah SWT. Yang esa.
Akhirnya Ust. Maryani mendirikan Madrasah Pesantren Persis No.55 di Serang - Banten pada tahun 1965. Kemudian terbentuklah pesantren Persis di daerah lainnya seperti di Padarincang, Lebak dan Tangerang. Berkat dakwah Ust. Maryani yang sangat gigih dan keluasan ilmunya. Persis mulai diterima di Banten meskipun saat itu isu komunisme sedang melanda di seluruh wilayah Indonesia. Tentu saja mereka tidak menyukai ajaran Ust. Maryani karena bertentangan dengan paham sebagian golongan yang tidak menyukai kebangkitan gerakan Islam yang modern dan memurnikan Tauhid seperti Persis.
Badai Fitnah
Awalnya dakwah beliau kurang mendapatkan sambutan yang hangat dari masyarakat. Apalagi ada tuduhan-tuduhan bahwa beliau adalah penganut aliran Wahabi. Karena dakwah beliau hampir mirip dengan paham dari Arab Saudi yang mengusung semangat pembaruan Islam. Padahal ormas Persis dan gerakan Wahabi tidak sama haluannya. Karena fitnah tersebut, Ahmad Maryani mendapatkan bantuan dari pamannya, K.H. Sys, Nur Syu'eb dan Ust. Waseh Keganteran yang juga menginginkan agar masyarakat Banten menjadi Muslim yang dapat menjalankan agama Islam sesuai dengan tuntunan Al Qur'an dan Sunnah.
Pada tahun 1960 an, gerakan PKI sedang bangkit. Pemerintah pusat dengan ide Nasakomnya ingin memasukkan paham Komunis ke dalam undang - undang. Setelah dibubarkankannya Masyumi, secara tidak langsung organisasi-organisasi Islam mengalami tekanan dalam berdakwah. PKI sebagai gerakan Komunis selalu melakukan berbagai cara untuk melemahkan organisasi yang dianggap saingannya yaitu ormas dan partai Islam sebagai musuh utama. Akibatnya banyak tokoh-tokoh dan ulama Muslim yang dijebak oleh PKI hingga dijebloskan kedalam penjara.
Tokoh-tokoh Ulama SI dan Masyumi seperti Muhammad Natsir, Syafruddin Prawiranegara, Burhanuddin Harahap, Isa Anshary, E.Z. Muttaqien, dll (Dadan Wildan : 2000 : 131).
Termasuk Ust. Maryani akhirnya ditangkap oleh tentara akibat sikapnya menolak komunisme di Banten. Badai fitnah oleh kaum komunis yang mengatakan bahwa ustad Maryani menolak komunis sama dengan tidak taat kepada aturan pemerintah. Itu artinya menentang pemerintahan. Akibatnya, Ust. Maryani bersama beberapa pemuda Persis harus meringkuk di dalam penjara kantor Resort Serang.
Kemudian setelah dibebaskan, Ust. Maryani kembali aktif di masyarakat dan terus berdakwah. Terjadi peristiwa G 30 S/PKI dan pembantaian para perwira tinggi di Jakarta serta pengumuman PKI yang menguasai Negara. PKI di daerah-daerah pun melakukan hal yang sama dengan mengambil alih pemerintahan dan penculikan serta pembunuhan terhadap lawan - lawan politik terutama musuh utama PKI yaitu gerakan Islam dan para ulama.
Akibatnya banyak tokoh-tokoh Islam, ulama, ustadz dan santri di Serang menjadi korban kebiadaban komunis. Mereka yang selamat segera bersembunyi untuk sementara waktu sambil menyusun strategi perlawanan.
Pada saat itu akan diadakan Musyawarah Seniman dan Budayawan di Banten. Ust. Maryani ikut bergabung dan terpilih menjadi Ketua Team Perumus Hasil Musyawarah tersebut namun tidak bisa dipublikasikan karena tekanan PKI.
Gerakan PKI terus melakukan teror kepada umat Islam khususnya para pemimpin Muslim. Namun Ust. Maryani tetap bersikukuh menolak paham NASAKOM sebagaimana kebijakan dari Persis pusat yang menolak paham tersebut.
"Sebab Agama dan komunis tidak dapat disatukan. Karena antara keduanya bagaikan air dan minyak. Sementara itu kepada rakyat Serang diingatkan agar merapatkan barisan dengan kekuatan iman". Seruan Ustadz Maryani kepada para warga dan jamaah.
Setelah peristiwa G 30 S/PKI berhasil dibubarkan oleh pemerintahan Orde Baru. Namun pergerakan organisasi Islam tidak banyak kemajuan. Apalagi presiden membatasi partai politik dan hanya partai milik penguasa saja yang berhak mengikuti pemilu. Itu artinya mereka yang menentukan politik di Indonesia. Imbasnya organisasi Islam kurang mendapatkan keleluasaan dalam berdakwah. Setiap kritik terancam UU Subversi yang dibuat penguasa untuk membungkam para aktivis dan ulama yang kritis.
Akhirnya Persis pusat membatasi pergerakannya hanya dibidang pendidikan dan dakwah saja tapi tidak terjun ke dunia politik praktis. Adapun pilihan politik ummat diserahkan kepada individu masing-masing.
Sosok Pembaharu
Ust. Maryani adalah salah satu tokoh ulama kharismatik di Banten. Bahkan masuk dalam daftar 100 tokoh ulama Banten yang ditulis oleh sejarawan, Mufti Ali, Phd. Yang kini menjabat sebagai wakil rektor UIN Sultan Maulana Hasanudin Banten.
Ust. Maryani juga menulis buku, diantaranya berjudul "Permata Hati" dan buku bertema ilmu mantiq setebal 500 halaman lebih. Buku-buku beliau disimpan oleh murid-muridnya.
Beliau sangat disegani dan dihormati di Banten. Tidak hanya di kalangan Persis tapi juga semua kalangan. Beliau diterima dan didengar oleh organisasi Islam lainnya seperti NU, Muhammadiyah, Mathla'ul Anwar, dll. Kiprahnya dalam pembangunan daerah, diserahi amanah menjadi ketua BAZNAS pertama. Beliau juga mengusulkan agar Shalat Ied pada hari raya Iedul Fitri dilaksanakan di alun-alun Kota Serang dan sampai sekarang masih dilaksanakan di alun-alun pusat ibukota Serang Banten.
Beliau banyak melakukan pembaruan di Banten baik dari urusan pemerintahan, sosial politik dan ekonomi kerakyatan. Ustadz Ahmad Maryani, dzuriyat para ulama kesultanan Banten, sosok pembaruan yang visioner, Pewaris para ulama.
[Penulis adalah Ratu Nizma, Redaktur Media persisbanten.com & Pegiat Literasi]
Comments (1)