Pengambilan Keputusan di Era Digital

Pernahkah Anda merasa bahwa sekolah sekarang bergerak terlalu cepat? Teknologi berubah, kebutuhan siswa berubah, dan tuntutan orang tua pun ikut berkembang. Dalam kondisi seperti ini, kita sebenarnya sedang berada di masa di mana keputusan tidak bisa lagi dibuat hanya berdasarkan perkiraan atau kebiasaan lama. Kini, kita hidup di era ketika data hadir begitu cepat dan lengkap, dan menurut saya inilah kesempatan terbaik bagi sekolah untuk benar-benar memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan.

Coba bayangkan, di masa lalu, kita sering menebak-nebak penyebab turunnya nilai siswa atau kenapa motivasi belajar menurun. Banyak sekolah menilai bahwa siswa malas atau kurang fokus, padahal setelah dilihat lebih dalam, masalahnya bisa berasal dari hal lain—misalnya akses belajar yang tidak merata, kesulitan memahami materi tertentu, atau kondisi psikologis siswa yang sebenarnya sedang tidak baik. Dengan bantuan teknologi, terutama sistem data sekolah, hal-hal seperti itu bisa terlihat lebih jelas sejak awal.

Yang menarik, teknologi kini tidak berhenti pada pengumpulan data saja. Ada big data yang mengumpulkan ribuan informasi dari aktivitas belajar siswa setiap harinya. Ada juga kecerdasan buatan yang mampu membaca pola dan memberikan prediksi—misalnya siswa mana yang perlu perhatian lebih atau kelas mana yang membutuhkan pendekatan pengajaran berbeda. Menurut saya, inilah bagian paling membantu, karena sekolah tidak lagi harus menebak-nebak. Keputusan bisa diambil dengan dasar yang kuat dan terukur.

Belakangan ini banyak sekolah menghadapi masalah yang hampir sama: learning loss yang masih terasa sejak masa pandemi, guru yang belum sepenuhnya siap dengan pembelajaran digital, serta meningkatnya kasus bullying dan masalah kesehatan mental siswa. Semua ini membutuhkan respons cepat, tetapi mustahil dilakukan jika sekolah tidak punya informasi yang jelas. Teknologi membantu memperlihatkan perubahan kecil yang sering terlewat, sehingga tindakan bisa dilakukan lebih awal sebelum masalah membesar.

Satu hal yang sering saya tekankan: teknologi bukan untuk menggantikan peran guru atau kepala sekolah. Justru sebaliknya, teknologi mempermudah mereka mengambil keputusan yang lebih bijak. Sistem pendukung keputusan misalnya, membantu menyajikan data dengan rapi dalam bentuk grafik, rangkuman, dan laporan ringkas. Rapat sekolah bisa berjalan lebih efektif karena semua berbicara berdasarkan data yang sama, bukan opini masing-masing.

Namun, teknologi tetap tidak bisa berdiri sendiri. Keputusan pendidikan selalu membutuhkan pertimbangan manusia. Teknologi bisa menunjukkan siapa yang sering absen, tetapi hanya guru yang tahu alasan di balik itu. Teknologi bisa memprediksi risiko penurunan prestasi, tetapi hanya pendidik yang bisa menyusun pendekatan pembelajaran yang menyentuh hati siswa.

Dalam pandangan saya, masa depan sekolah akan jauh lebih baik jika teknologi dan manusia bisa berjalan berdampingan. Data memberikan kejelasan, AI memberikan gambaran ke depan, dan manusia memberikan sentuhan moral serta empati. Perpaduan inilah yang membuat keputusan lebih tepat dan lebih manusiawi.

Ketika sekolah mulai terbuka dengan cara baru ini, bukan hanya proses kerja yang menjadi lebih efisien. Siswa lebih terbantu, guru lebih terarah, dan orang tua lebih percaya. Yang paling penting, sekolah menjadi lebih siap menghadapi tantangan zaman—bukan dengan menebak, tetapi dengan memahami.

Dan itulah sebenarnya inti dari pengambilan keputusan di era digital: memahami sebelum bertindak, melihat lebih jauh dari apa yang tampak, dan merespons dengan bijaksana berdasarkan bukti, bukan sekadar dugaan.

Penulis: Siti Robiah Adabiyah, S.Ak (Mahasiswi Pascasarjana UNPAM)

Editor : Farhan Rosyada

Postingan Lainnya

Comments (0)

Leave a Comment