Gerhana Sebagai Tanda Kekuasaan Allah SWT.
Satu bulan yang lalu, tepatnya pada tanggal, 7-8 Agustus 2025, Allah SWT. menampakkan tanda kebesaran-Nya melalui Gerhana Bulan Total. Pada dini hari pukul 01:11, puncak gerhana terjadi. Kaum muslimin pun berbondong-bondong melaksanakan shalat khusuf, sebagaimana diajarkan Rasulullah ﷺ.
Fenomena alam seperti gerhana adalah peringatan dari Allah SWT. agar manusia tidak lalai. Sebagaimana firmanNya:
وَمَا مَنَعَنَآ اَنْ نُّرْسِلَ بِالْاٰيٰتِ اِلَّآ اَنْ كَذَّبَ بِهَا الْاَوَّلُوْنَۗ وَاٰتَيْنَا ثَمُوْدَ النَّاقَةَ مُبْصِرَةً فَظَلَمُوْا بِهَاۗ وَمَا نُرْسِلُ بِالْاٰيٰتِ اِلَّا تَخْوِيْفًا ٥٩
“Dan Kami tidaklah mengirimkan tanda-tanda (ayat-ayat kebesaran Kami) itu melainkan untuk menakut-nakuti (hamba-hamba).” (QS. Al-Isra’ [17]: 59)
Nabi ﷺ juga menegaskan dalam haditsnya:
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ، لَا يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ، وَلَكِنْ يُخَوِّفُ اللَّهُ بِهِمَا عِبَادَهُ
“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Keduanya tidak mengalami gerhana karena kematian atau kelahiran seseorang, tetapi Allah menjadikannya untuk menakut-nakuti hamba-Nya.". (HR. Bukhari dan Muslim)
Gerhana mengingatkan manusia bahwa dunia bukan tempat menetap selamanya. Cahaya bisa ditutupi, langit bisa berubah, dan manusia wajib kembali kepada Allah SWT. dengan penuh taubat dan ketaatan.
Gerhana dalam Sejarah Bangsa: Pancasila yang Pernah Meredup
Namun, gerhana tidak hanya terjadi pada matahari dan bulan. Dalam sejarah bangsa kita, Pancasila pun pernah mengalami gerhana, yakni saat peristiwa kelam G30S/PKI (Gerakan 30 September/ Partai Komunis Indonesia).
Pada malam 30 September hingga 01 Oktober 1965, sekelompok orang yang terpengaruh ideologi komunis melakukan pemberontakan dan upaya kudeta. Akibatnya, enam jenderal dan satu perwira TNI gugur sebagai syuhada bangsa. Tragedi itu merupakan masa gelap yang hampir merobohkan sendi-sendi negara. Karena itulah, setiap 01 Oktober kita peringati sebagai "Hari Kesaktian Pancasila", sebuah momentum untuk mengingat bahwa dasar negara pernah diguncang, tetapi tetap tegak kokoh.
Sejarah juga mencatat bahwa umat Islam pernah diuji dengan pembubaran Partai Masyumi, sebuah partai yang dikenal kokoh, berwibawa, dan penuh tokoh-tokoh besar. Namun, qadarullah dengan kehendak Allah SWT. PKI yang berusaha menutup cahaya Pancasila justru akhirnya terkubur dalam sejarah.
Pelajaran (Ibrah) yang Bisa Kita Ambil
Dari peristiwa gerhana langit dan gerhana sejarah, kita belajar bahwa:
1. Gerhana adalah peringatan Allah SWT.
Baik di langit maupun dalam sejarah bangsa, gerhana menjadi tanda bahwa manusia sering lalai dan perlu kembali kejalan yang benar.
2. Kemenangan selalu bersama iman dan kesabaran.
Walau umat pernah kehilangan wadah politik terbaiknya (Masyumi), Allah SWT. tetap menolong dengan menyingkirkan PKI yang berusaha merusak bangsa.
3. Menjaga Pancasila adalah amanah iman
Pancasila sebagai dasar negara harus dipertahankan dari ideologi sesat yang bertentangan dengan agama, baik komunisme, liberalisme tanpa batas, maupun sekularisme yang meniadakan peran Tuhan.
4. Umat Islam punya peran besar dalam sejarah bangsa.
5. Umat Islam harus menjadi pelopor Pancasila
Sebab nilai-nilai Pancasila sejalan dengan ajaran Islam:
Ketuhanan Yang Maha Esa adalah tauhid; Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah akhlak mulia; Persatuan Indonesia adalah ukhuwah; Kerakyatan adalah musyawarah; dan Keadilan sosial adalah maqashid syariah. Maka umat Islam wajib menunjukkan bahwa mengamalkan Pancasila adalah bagian dari mengamalkan iman dan ajaran Rasulullah ﷺ.
Sejak awal kemerdekaan hingga saat ini, umat Islam telah menjadi tiang penopang negeri ini. Maka jangan sampai umat melemah karena perpecahan, melainkan harus terus bersatu menjaga persatuan bangsa.
Renungan
Gerhana mengajarkan kita bahwa cahaya bisa tertutup sementara, tetapi akan kembali bersinar. Demikian pula dengan bangsa ini, pernah mengalami masa kelam, tetapi dengan izin Allah SWT. bisa kembali bangkit.
Oleh karena itu, Jadikan fenomena alam sebagai pengingat untuk kembali kepada Allah SWT. dengan taubat dan amal shalih.
Jadikan sejarah sebagai guru, agar kita tidak jatuh dalam lubang yang sama.
Jadikan Pancasila sebagai pagar kebangsaan yang sejalan dengan nilai-nilai agama, untuk menjaga persatuan dan keselamatan negeri.
Semoga setiap fenomena alam dan peringatan sejarah menjadikan kita semakin dekat kepada Allah, semakin kuat menjaga persatuan, dan semakin tegar menghadapi ujian zaman.
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau palingkan hati kami setelah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah rahmat dari sisi-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Pemberi.” (QS. Ali ‘Imran [3]:8)
والله أعلمُ بالـصـواب
Penulis : Taufik Mario Tholi, SH. (Kepala LAZ persis Banten)
Editor : Ratu Nizma
Comments (0)