Belajar Keteguhan Dari Palestina

Oleh : Fika Fitria Syahroni, S. Sos

Palestina bukan sekadar hamparan tanah di Timur Tengah. Ia adalah tanah suci yang diberkahi Allah, tempat bersemayamnya sejarah para nabi dan para pejuang iman. Dari bumi inilah, jejak para rasul terpahat dan doa-doa manusia menembus langit. Di setiap butir pasirnya, tersimpan kisah perjuangan, kesabaran, dan pengorbanan tanpa batas.

Tanah Palestina telah menjadi saksi derita dan keteguhan umat yang tak pernah menyerah mempertahankan kehormatan dan keimanan. Di tengah kepungan peluru dan dentuman bom peperangan, tumbuh generasi yang berjiwa baja. Anak-anak kecil yang memilih dewasa dalam peristiwa.

Jujur, ter-iris hati ini setiap kali melihat berita tentang umat Palestina yang penuh luka. Walau jarak diantara kita terbentang, namun batin ini menjerit melihat penderitaan yang seolah tanpa henti walaupun hanya sekejap. Setiap kali menyaksikan dari layar handphone, aku hanya bisa menangis dan melangitkan do'a-do'a.

Aku berterima kasih pada Palestina. Dari Palestina aku belajar banyak hal. Aku belajar bahwa keimanan yang kokoh adalah hal yang tak bisa ditawar. Walau di tengah badai penderitaan pekat, mereka tetap teguh membela hak mereka. Mereka tetap bertahan dan optimis menjalani kehidupan.

Lalu, sudahkah kita umat Islam melakukan pembelaan? Orang beriman itu ibarat satu tubuh. Ketika ada satu yang sakit, akan ikut merasakan sakit pula  sekujur badannya. Maknanya jika ada saudara kita yang sakit, saudaranya yang lain ikut merasakan jua. Alhamdulillah.. Sebab Palestina, semua negara bersuara.  Mereka lantang meneriakan pembelaan. Termasuk banyak yang non Islam terpanggil melakukan aksi solidaritas. Duhai pemandangan yang memukau.

Kini 2 abad lamanya Palestina mengalami Genosida. Statistik berdasarkan Buku GAZA Karya Muhammad Husein ada sekitar 43.000 nyawa melayang, lebih dari 100.000 terluka dan angka-angka ini terus membengkak. Para ayah, ibu dan anak-anak sekalipun bayi dalam kandungan ikut menjadi sasaran. Banyak ibu hamil yang ditembak, banyak orang tua yang jadi korban kekejian. Apalagi seorang tokoh pejuang, mereka selalu diintai oleh musuh.

Mereka hidup berteman dengan kehilangan. Ada suami yang kehilangan istrinya. Ada istri yang kehilangan suaminya. Ada ibu yang kehilangan anaknya. Ada anak yang kehilangan ibu dan bapaknya. Ada anak bayi yang kehilangan seluruh keluarganya. Namun mereka tetap saling  membasuh luka dengan saling menolong dan merangkul menghadapi realita bersama. Terkadang senyuman mereka pun tetap ada diantara puing-puing yang roboh.

Dimana peran PBB yang katanya solusi atas permasalahan bangsa. Dimana negara-negara yang memiliki kemajuan. Dimana kepedulian para ppemimpi. Bahkan kita dikagetkan dengan hubungan mesra mereka musuh laknatullah.

Wahai umat Islam yang tertidur lelap, bangunlah. Bergegaslah..untuk pembelaan saudaramu di Palestina agar kita memiliki hujjah kelak di akhirat.

Masih sudikah kita mengkonsumsi produk Islael yang dengan dananya dipakai menumpahkan darah anak-anak Gaza. Tidak cukupkah berita pilunya genosida menjadi pertimbangan. Tidak kah sebagai rasa syukur kita yang masih berada dalam kemerdekaan di negara membuat kita turut andil dalam pembelaan.

Pikirkanlah saudara kita. Kita tidur nyenyak, sementara mereka menahan kantuk. Kita ber-atapkan rumah sementara mereka ber-atapkan langit. Perut kita kenyang, mereka kelaparan. Kita berlimpah air, mereka kekurangan. Kita cukup minum, mereka kehausan.

Ada yang lebih kejam yaitu perihal penjara tawanan. Bukan penjara yang layak tapi lebih seperti tempat jagal. Mereka disiksa oleh tentara biadab dengan anjing-anjing ganas. Mereka dipukul, digantung bahkan ada yang dibakar sampai dibedah badannya. Duhai, kemana kah perginya kemanusiaan. Duhai kemana wajah dunia, yang seolah tak sedikit pun melirik mereka.

Para muslimah dilucuti jilbabnya, dinodai kehormatannya, disiksa tiada henti.  Bahkan ada diantara mereka dipukuli sekujur tubuh hingga lumpuh. Semakin hari, berita ini membuat diri semakin geram. Ingin rasanya aku melenyapkan Israel dalam sekejap. Namun siapa aku, aku hanya insan biasa yang masih berusaha untuk tetap bersuara.

Dua hari yang lalu, aku tidak bisa tidur hanya karena mendengar berita syahidnya seorang martir Shaleh El-Jafrawi. Ia seorang wartawan yang begitu berani menyuarakan berita Palestina. Ia seorang relawan yang rela mengabdikan hidupnya demi membela Palestina. Ia pemuda  baik hati yang selalu menghibur orang-orang yang terluka dengan  senyumannya. Kini ia telah syahid. Ia ditembak dengan 7 peluru yang menembusi badannya. Ya Saleh, semoga Allah memberikanmu surga yang tertinggi.

Tak hanya itu,  Israel mengembalikan jenazah-jenazah Palestina dengan kondisi yang menyedihkan. Jenazah mereka tidak utuh. Ada yang tanpa mata, ada yang tanpa organ seperti hati, ginjal dan lainnya. Bahkan ada yang setengah badannya hilang, lalu ada yang jenazah kondisinya sudah lusuh. Ada yang kondisi kepala di ikat dan badan lebam hitam seolah habis dibakar. Ada pula yang bekas dilindas tank baja. Duhai Allah.. Begitu tersayat hati ini. Mereka para syuhada yang mulia tidak diperlakukan dengan layak.

Tapi aku  yakin, setiap syuhada yang gugur di bumi Palestina, mereka adalah bunga-bunga surga. Aroma pengorbanan mereka akan mengharumkan bumi, menjadi saksi bahwa kebenaran tak pernah mati. Darah mereka akan menjadi tinta sejarah.

Dari Palestina, kita belajar untuk kuat dan tidak mudah mengeluh. Dari Palestina kita belajar tentang ketanggugahan. Dari Palestina, kita belajar taqarub kepada Allah. Mereka ditarbiyah langsung oleh Allah dengan ujian peperangan. Dari mereka aku belajar tawakal tanpa batas. Dari mereka aku belajar merindukan kematian hanya untuk bertemu dengan Allah.

Ya Allah.. Tolonglah saudara-saudara kami di Palestina. Berikanlah mereka kekuatan dalam menghadapi musuh penjajah. Teguhkan keimanan mereka, deraskan rezeki mereka sebagaimana kau takdirkan derasnya air zam-zam.

Ya Allah, takdirkanlah kami menjadi bagian pembebas Al-Aqso ya Allah..sehingga kelak kami bisa merebutnya kembali kemenangan Islam. Takdirkan kami merasakan kedamaian Palestina ya Allah. Takdirkan kami berkesempatan sholat di masjid yang kemuliaannya berkali-kali lipat. Aamiin ya Rabb..

Editor : Hanif

Postingan Lainnya

Comments (0)

Leave a Comment