Pengaruh Ibadah dalam Kehidupan Sosial

Ibadah Bukan Sekadar Rutinitas

Segala bentuk ibadah yang Allah Swt. ajarkan adalah untuk menghidupkan jiwa manusia. Allah Swt. memerintahkan hambanya beribadah adalah untuk keselamatan dirinya dunia akhirat, bukan untuk kepentingan Ilahi. Sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya :

“Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka, dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberiKu makan. Sesungguhnya Allah, Dia lah Maha pemberi rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.” (QS. Adzariyat : 57-58).

Dalam surat lain Allah Swt. berfirman :

"Barangsiapa yang mengerjakan amal soleh, maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri. Dan sekali-kali tidaklah Rabbmu menganiaya hamba-hambaNya."  (QS. Fushilat; 46).

Ibadah  yang kita lakukan bukan sekadar rutinitas. Ia harus dijalankan dengan segenap hati dan ada pengaruhnya untuk kehidupan sosial kita. Dalam tafsir Al-Manar dijelaskan ;

“Untuk setiap ibadah dari ibadah apa pun yang benar (yang diperintahkan agama) hendaklah ada pengaruhnya untuk tegaknya akhlaq yang mulia dan kesucian jiwa pelakunya. Maka jika terdapat bentuk ibadah sepi dari jiwa ini, maka itu belum dinilai ibadah (yang sempurna), sebagaimana rupa (wajah manusia) dan patungnya tidak bisa disebut manusia.” (Tafsir Al-Manar).

Teladan Rasulullah Saw. dalam Kehidupan Sosial

Rasulullah Saw. adalah contoh konkrit dalam hal teladan umat manusia di sseluruh aspek kehidupannya. Dalam hal kehidupan sosial Rasulullah mewasiatkan  ; "Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya untuk manusia lainnya.” (Al Hadits).

Dalam kehidupan sosial, Rasulullah Saw. tidak pernah memandang rendah manusia lain, baik dari segi kedudukan, harta, karakter, atau pun usia. Rasulullah Saw. menyayangi Utsman ra. (sosok kaya) sebagaimana Rasulullah pun menyayangi Abu Hurairah ra. (sosok miskin). Rasulullah Saw. menyayangi Umar bin Khattab ra. (sosok tegas) sebagaimana Ia pun menyayangi Abu Bakar ra. (sosok lembut). Rasulullah Saw. menghormati Abu Bakar ra. (sosok senior) dan Beliau pun menyayangi Abdullah Bin Abbas ra. (sosok anak kecil yang ingin belajar padanya).

Islam Melatih Empati dalam Kehidupan Sosial

Ibadah-ibadah dalam syariat Islam melatih kita untuk berempati pada kehidupan sosial. Dalam zakat dan sedekah kita dilatih untuk memberikan kontribusi bagi kehidupan sosial, bukan hanya bermanfaat untuk diri sendiri saja. Disebutkan dalam sebuah riwayat bahwa tidak akan masuk surga seseorang yang membiarkan tetangganya kelaparan, padahal ia tahu akan hal itu. Bahkan Allah Swt. mengancam perempuan ahli ibadah yang menyiksa kucing peliharaannya kelaparan.

 

Penutup

Jika ibadah itu benar-benar diresapi dan dimaknai dengan dalam, maka  niscaya pengaruhnya amat besar untuk kehidupan manusia. Allah Swt. menghendaki semua ibadah adalah untuk kebaikan manusia itu sendiri, baik di dunia dan akhirat, baik untuk diri dan kehidupan sosial. Sehingga bisa terjalin berkelindan antara satu sama lain. Rasulullah Saw. pantas menjadi teladan umat sepanjang zaman.

Penulis: Rizqie F. Jurnaliska
Editor: Ratu Nizma

Editor : Farhan Rosyada

Postingan Lainnya

Comments (1)

regia sabila silmi 26 Sep 2025 | 08:57 AM

Mohon izin untuk bertanya. Terkait ancaman Allah ta'ala terhadap perempuan ahli ibadah yang menyiksa kucingnya kelaparan. Jika perempuan tersebut diberikan kesempatan hidup dan ia menyadari kesalahannya lalu ia bertaubat kepada Allah, masih adakah ampunan untuknya?

Reply

Leave a Comment